Benar, shalat adalah kebutuhan esensial, yang dibutuhkan dalamkehidupan manusia seperti kebutuhan terhadap makanan dan minuman. Hal ini karena
makanan dan minuman adalah pilar tubuh dan materi kehidupan. Sedangkan shalat adalah
pilar ruh dan materi ketenteraman, yang mengangkat pelakunya dari perkara-perkara sepele
sehingga menjadi lurus dalam semua urusannya, sama seperti tegak lurusnya ia di hadapan
Rabbnya dalam shalat.
Apa manfaat yang didapat Islam dari orang-orang Islam gadungan bila mereka menentang
perintah-perintah-Nya? Bukankah mereka seperti anakdurhaka, yang nasabnya sesuai dengan
keluarganya namun perilakunya bertentangan dengan mereka? Apakah kebaikan dapat
diharapkan dari orang yang tidak berharap kebaikan bagi dirinya sendiri?
Kita, kaum Muslimin, tidak ingin menjadi seperti buih-buih yang terseret air bah, dihitung
berjumlah ratusan juta padahal orang-orang shalih hanya berjumlah puluhan jutanya saja.
Satu butir peluru yang terisi mesiu dan dapat membunuh seorang musuh adalah lebih baik
daripada setumpuk selongsong peluru kosong. Apakah kemah dapat berdiri sekalipun dengan
seribu pasak jika tidak memiliki tiang di tengahnya? Sementara tiang Islam itu adalah shalat.
Shalat adalah kebutuhan yang esensial sekali bagi manusia, sebab shalat dapat memperbaiki
akhlaknya, merapikan tabiatnya, menghalangi dirinya dari lubang-lubang kerusakan dan
kesesatan serta mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar. Bagaimana mungkin
seseorang melakukan dosa, sementara dia mengetahui bahwa sebentar lagi dirinya akan
berdiri di hadapan Rabb Subhaanahu Wata'aladi mana Dia tidak menerima hal itu darinya
kecuali bila hati, jiwa dan anggota badannya suci?
Bagaimana mereka dapat melakukan shalat, sementara mereka terlibat dalam aksi mabukmabukan? Tetapi mereka harus melakukannya sebab halitu terulang bagi mereka setiap hari
sebanyak lima kali. Kalau begitu, tidak ada cara lain kecuali miras itu ditinggalkan secara
total, agar mereka tetap dalam kondisi siap untuk bertemu dengan Allah Subhaanahu
Wata'ala.
Shalat, wahai temanku, adalah timbangan yang digunakan manusia untuk menakar perbuatanperbuatan yang dilakukannya di antara dua shalat, seperti halnya seorang dokter mengukur
suhu panas badan seorang pasien dari waktu ke waktu. Jika perbuatannya shalih (baik), maka
perbuatan itu berkata kepadanya, "Tetaplah dan majulah." Dan jika tidak demikian, maka ia
berkata, "Kembali dan tetaplah lurus!" Dan bila mendengar muadzin mengumandangkan,
"Allahu Akbar," ia ingat dengan kondisinya dan menyadari bahwa Allah Subhaanahu
Wata'ala adalah Mahabesar dari apa yang sedang ia lakukan. Sehingga dengan begitu, ia
melepaskan urusan duniawinya dan memenuhi panggilanAllah Subhaanahu Wata'ala.
Percayalah sepenuhnya bahwa orang yang shalat adalah manusia yang diharapkan kebaikan
dan kelurusannya sekalipun kamu mendapati dalam banyak kondisinya menyimpang -sebab
shalatnya suatu hari pasti dapat membuatnya jera dari melakukan penyimpangan ini- karena
dalam shalatnya, ia membaca Alquran. Betapa pun ia lalai, pasti ada saat-saat ia merenungi
makna-makna apa yang dibacanya sehingga 'senar-senar' hatinya akan bergetar, sentimensentimen positifnya akan bangkit.
Sedangkan orang yang tidak shalat, maka tidak akan membaca Alquran dan tidak mengambil
manfaat sedikit pun darinya sementara ia tetap akan terpedaya dalam kesesatannya dan
melangkah dalam dosa-dosanya.
Sumber : Serial Ebook Islam www.yufid.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar