Rabu, 12 Februari 2014

Apakah shalat merupakan suatu kebutuhan bagi kita??

Benar,  shalat  adalah  kebutuhan  esensial,  yang  dibutuhkan  dalam
kehidupan  manusia  seperti  kebutuhan  terhadap  makanan  dan  minuman.  Hal  ini  karena
makanan  dan  minuman  adalah  pilar  tubuh  dan  materi  kehidupan.  Sedangkan  shalat  adalah
pilar ruh dan materi ketenteraman, yang mengangkat  pelakunya dari perkara-perkara sepele
sehingga menjadi lurus dalam semua urusannya, sama  seperti tegak lurusnya ia di hadapan
Rabbnya dalam shalat.

Apa  manfaat  yang  didapat  Islam  dari  orang-orang  Islam  gadungan  bila  mereka  menentang
perintah-perintah-Nya? Bukankah mereka seperti anakdurhaka, yang nasabnya sesuai dengan
keluarganya  namun  perilakunya  bertentangan  dengan  mereka?  Apakah  kebaikan  dapat
diharapkan dari orang yang tidak berharap kebaikan bagi dirinya sendiri?
Kita, kaum Muslimin, tidak ingin menjadi seperti buih-buih  yang terseret air bah, dihitung
berjumlah  ratusan  juta  padahal  orang-orang  shalih  hanya  berjumlah  puluhan  jutanya  saja.
Satu butir peluru  yang terisi mesiu dan dapat membunuh seorang musuh adalah lebih baik
daripada setumpuk selongsong peluru kosong. Apakah kemah dapat berdiri sekalipun dengan
seribu pasak jika tidak memiliki tiang di tengahnya? Sementara tiang Islam itu adalah shalat.
Shalat adalah kebutuhan yang esensial sekali bagi manusia, sebab shalat dapat memperbaiki
akhlaknya,  merapikan  tabiatnya,  menghalangi  dirinya dari  lubang-lubang  kerusakan  dan
kesesatan  serta  mencegahnya  dari  perbuatan  keji  dan mungkar.  Bagaimana  mungkin
seseorang  melakukan  dosa,  sementara  dia  mengetahui  bahwa  sebentar  lagi  dirinya  akan
berdiri di hadapan  Rabb Subhaanahu Wata'aladi mana Dia tidak menerima hal itu darinya
kecuali  bila  hati,  jiwa  dan  anggota  badannya  suci?

Bagaimana  mereka  dapat  melakukan  shalat,  sementara  mereka  terlibat  dalam  aksi  mabukmabukan? Tetapi mereka harus melakukannya sebab halitu terulang bagi mereka setiap hari
sebanyak  lima  kali.  Kalau  begitu,  tidak  ada  cara  lain  kecuali  miras  itu  ditinggalkan  secara
total,  agar  mereka  tetap  dalam  kondisi  siap  untuk  bertemu  dengan  Allah  Subhaanahu
Wata'ala.
Shalat, wahai temanku, adalah timbangan yang digunakan manusia untuk menakar perbuatanperbuatan  yang dilakukannya di antara dua shalat, seperti halnya seorang dokter mengukur
suhu panas badan seorang pasien dari waktu ke waktu. Jika perbuatannya shalih (baik), maka
perbuatan itu berkata kepadanya, "Tetaplah dan majulah." Dan jika tidak demikian, maka ia
berkata,  "Kembali  dan  tetaplah  lurus!"  Dan  bila  mendengar  muadzin  mengumandangkan,
"Allahu  Akbar,"  ia  ingat  dengan  kondisinya  dan  menyadari  bahwa  Allah  Subhaanahu
Wata'ala  adalah  Mahabesar  dari  apa  yang  sedang  ia  lakukan.  Sehingga  dengan  begitu,  ia
melepaskan urusan duniawinya dan memenuhi panggilanAllah Subhaanahu Wata'ala.
Percayalah sepenuhnya bahwa orang yang shalat adalah manusia yang diharapkan kebaikan
dan kelurusannya sekalipun kamu mendapati dalam banyak kondisinya menyimpang -sebab
shalatnya suatu hari pasti dapat membuatnya jera dari melakukan penyimpangan ini- karena
dalam shalatnya, ia membaca Alquran. Betapa pun ia  lalai, pasti ada saat-saat ia merenungi
makna-makna  apa  yang  dibacanya  sehingga  'senar-senar'  hatinya  akan  bergetar,  sentimensentimen positifnya akan bangkit.

Sedangkan orang yang tidak shalat, maka tidak akan membaca Alquran dan tidak mengambil
manfaat  sedikit  pun  darinya  sementara  ia  tetap  akan terpedaya  dalam  kesesatannya  dan
melangkah dalam dosa-dosanya.

Sumber : Serial Ebook Islam www.yufid.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar